Rabu, 01 Juni 2011

Teleskop Rekam Tabrakan Antargalaksi

Teleskop Spitzer dan wahana antariksa Galaxy Evolution Explorer (GALEX) berhasil menangkap citra tabrakan antargalaksi dari awal sampai selesai. Peneliti Harvard Smithsonian Center for Astrophysics yang melakukan observasi ini, Lauranne Lanz, mempresentasikan citra tersebut dalam American Society Meeting di Boston.

Dua galaksi yang bertabrakan adalah NGC 935 dan IC 1801. Pengamatan astronom memperlihatkan bahwa saat dua galaksi tersebut bertabrakan dan membentuk galaksi yang lebih besar, kehancuran memacu terbentuknya awan gas dan debu. Selanjutnya, tabrakan akan memacu terbentuknya lebih banyak bintang.

"Citra ini adalah langkah pertama untuk mengetahui cerita bagaimana galaksi terbentuk, berkembang, dan berevolusi," kata Lanz. Menurut dia, gambar ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mungkin terjadi ketika galaksi Bimasakti dan Andromeda bertabrakan 5 miliar tahun mendatang.

Dalam pengambilan citra, GALEX berperan mengemisikan sinar ultraviolet untuk mencitrakan bintang muda dalam warna biru. Sementara teleskop Spitzer yang mengemisikan sinar inframerah mengiluminasi debu yang terpanaskan dalam warna merah. Paduan dua alat itulah yang menghasilkan data yang kaya.

Lanz mengatakan, dalam setiap tabrakan galaksi, jumlah bintang yang dihasilkan akan bervariasi. Kini, ia tengah meneliti faktor yang memengaruhi variasi itu. Lanz juga bekerja keras untuk menguji pemahamannya. "Pemahaman kami akan benar-benar dites 5 milIar tahun lagi saat Bimasakti mengalami tabrakan," kata Lanz.

Sumber :
sains.kompas.com

tahukah kamu Burung Ini Kuat Terbang 6.500 Km Nonstop

Burung Gallinagos media atau biasa disebut great sniper (dalam bahasa Inggris), sejenis burung blekek, ternyata mampu terbang mengarungi jarak 6.500 kilometer tanpa henti dengan kecepatan mencapai 97 km/jam. Fakta mengejutkan itu terungkap dalam publikasi peneliti di jurnal Royal Society Biology Letters.


Fakta itu diketahui setelah ilmuwan memasang penanda elektronik pada tubuh burung. Dari observasi, ilmuwan mendapati bahwa burung blekek bisa terbang sejauh 6.170 km nonstop dari Eropa ke Afrika pada bulan Agustus, 7.153 km nonstop selama 3,5 hari pada periode terbang berikutnya, dan 4.620 km selama dua hari pada periode terbang lainnya.

Dr Raymond Klaassesn dari Lund University, Swedia, yang melakukan penelitian mengatakan, "Hasil studi kami menunjukkan bahwa beberapa burung migran memang mempersiapkan diri untuk terbang jauh walaupun tempat pemberhentian dan cadangan tersedia serta harus mengeluarkan energi dalam jumlah besar untuk terbang."

Sementara Grahame Madge dari Royal Society for Protection Bird mengatakan terkejut dengan hasil penelitian ini. "Blekek tak tampak seperti penerbang tangguh. Mereka seperti tak punya kemampuan menyimpan cadangan energi tinggi. Sangat mengejutkan mereka bisa terbang sebegitu jauh tanpa henti," ujarnya.

Burung blekek memiliki warna coklat dan biasanya singgah di wilayah Inggris saat musim gugur dan semi. Burung ini menghabiskan waktu musim panas di wilayah timur Eropa dan musim dingin di Afrika. Burung ini hanya seukuran merpati kecil, jadi wajar jika para ilmuwan pun kaget dengan kemampuan terbang burung ini.

Sayangnya, populasi burung kecil nan hebat ini terancam akibat perburuan. Kini, jumlahnya menurun dan semakin sedikit orang bisa menjumpainya. Dalam setahun, burung ini hanya dijumpai dua-tiga kali. Dengan kelebihannya, blekek menjadi salah satu burung dengan kemampuan terbang terhebat di dunia.

Sumber :
sains.kompas.com

Hati-Hati...Radiasi Ponsel Bisa Berujung Kanker Otak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Badan Kesehatan Dunia WHO baru-baru ini mengingatkan bahaya radiasi dari ponsel yang diklasifikasikan sebagai "sangat mungkin berisiko kanker". Badan ini sebelumnya telah melakukan peninjauan dari efek gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia.

Deklarasi tersebut didasarkan pada bukti dalam penelitian atas mereka yang menggunakan ponsel secara intensif. Diketahui, intensitas tinggi pemakaian ponsel mengakibatkan peningkatan risiko glioma, sebuah bentuk kanker otak ganas.

Kesimpulan yang diambil International Agency for Research on Cancer (IARC), badan di bawah WHO, berlaku untuk radiasi elektromagnetik frekuensi radio pada umumnya, meskipun sebagian besar penelitian di daerah ini berpusat pada telepon selular.

Temuan adalah puncak dari pertemuan IARC yang diikuti 31 ilmuwan dari 14 negara untuk mengkaji ratusan hasil penelitian sebelumnya yang telah dipublikasi tentang risiko kanker yang ditimbulkan oleh medan elektromagnetik.

Jonathan Samet, seorang ilmuwan di University of Southern California, yang memimpin grup itu menyatakan, "Mungkin ada beberapa risiko, dan oleh karena itu kita harus tetap mencermati hubungan antara ponsel dan kanker."

Dalam menunjuk bidang frekuensi radio sebagai "mungkin karsinogenik", WHO telah menempatkan mereka setara dengan sekitar 240 agen lain yang merugikan, termasuk medan magnet tingkat rendah, bedak, dan bekerja sebagai dry cleaner.

Laporan tersebut tidak menemukan mekanisme yang jelas bagi gelombang menyebabkan tumor otak. Radiasi dari ponsel terlalu lemah untuk menyebabkan kanker dengan memecah DNA, yang menyebabkan para ilmuwan mencari faktor penyebab lain.

"Kami menemukan beberapa benang merah yang memberitahu kita bagaimana kanker dapat terjadi tetapi ada kesenjangan dan ketidakpastian," kata Samet.

Christopher Liar, Direktur IARC, mengatakan bahwa dalam melihat implikasi potensial untuk kesehatan masyarakat, harus ada penelitian lebih lanjut tentang jangka panjang penggunaan ponsel. "Menunggu ketersediaan informasi tersebut, penting untuk mengambil langkah-langkah pragmatis untuk mengurangi eksposur seperti perangkat hands-free atau SMS," katanya.